Jumat, 28 Agustus 2015

TANPA TEMPAT SAMPAH (ZERO WASTE #2)


Zoharol fasadu fil barri walbahri bima kasabat aydinnas liyuziqahum ba'dhollazii 'amiluu la'allahum yarji'uun (QS.Arruum:41)
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka mersakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)


Mungkin terlalu muluk kalau saya bilang melaksanakan zero waste ingin menyelamatkan bumi, karena tanah yang saya punya cuma empat ratus meter persegi saja.

Saya juga orangnya nggak bersih bersih amat, dan saya juga kurang well organized. Ikut zero waste hanya karena kewalahan pribadi mengurus sampah yang menggunung setiap hari. Saya sering ditegur suami tentang masalah ini. Beliau memang orangnya well organized.


Namun, setidaknya dengan mengurangi sampah di area pribadi yang sedikit itu dan mengajak puluhan, bahkan ratusan keluarga lain berdampak positif juga kelak untuk bumi dan generasi mendatang (ngarep)

Biasanya pendidikan tentang pengelolaan sampah yang  diajarkan adalah “buang sampah pada tempatnya”. Di PAUD An Nahl sekarang malah sungguh ekstrim, yakni tidak disediakan tempat sampah.  Walaupun membuang sampah pada tempatnya  adalah hal baik, tapi sebenarnya belum mencukupi untuk keberlangsungan bumi dan lingkungan kita (eaaa belagu nih yee..) 
Zero waste adalah sebuah kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah hingga seminimal mungkin, karena ternyata sampah, apalagi yang tak bisa didaur ulang, berdampak sangat buruk pada kehidupan kita. Ah, saya tidak pandai beretorika. Silakan baca saja disini :) 

Dulu banyak tempat sampah yang disediakan di sekolah. Dimasing-masing kelas juga disediakan. Setiap tempat sampah dilabeli "SAMPAH ORGANIK, SAMPAH ANORGANIK". But, apa yang terjadi? Sampah tetap aja bercampur aduk, nggak tau mana organik dan anorganik, yang basah yang kering yang bisa direuse, recycle dst.

Hampir setiap sore saya mengorek tempat sampah, memisahkan sampah-sampah yang bisa dihibahkan ke pemulung, memisahkan yang basah dan yang kering. Sampah yang basah saya jemur dulu, sedangkan yang kering saya bakar (ini salah jangan ditiru, ya!) Sampah organik seperti sisa makanan yang busuk & bau saya kubur untuk makanan semut dan hewan kecil lain yang hidup di tanah. Belum kepikiran untuk membuat kompos karena "arena" saya kecil sekali.

Yang berabe adalah ketika hujan, ngga usahlah saya cerita, kebayang sendiri kan?

Saya juga pernah mendirikan bank sampah, dan mengajak guru-guru juga untuk terlibat di dalamnya. Saya juga pernah mengundang nara sumber dari bank sampah yang sudah jauh berpengalaman untuk presentasi tentang persampahan.

Namun akhirnya bank sampah saya berhenti beroperasi karena teman yang memproduksi barang dari sampah reuse beralih profesi. Bungkus plastik bekas makanan, roti, biskuit, minyak goreng dan lain-lain yang sudah dibersihkan, digunting dan disusun tidak ada yang mengambil.

So, what???
Sekarang hanya dengan tidak menyediakan tempat sampah, saya dan lingkungan saya nyaris bebas dari sampah menggunung, minimal tidak terlalu repot lagi dengan urusan persampahan. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama virus kebaikan zero waste ini akan segera menyebar luas. Mulai dari diri sendiri dengan me-reduce sampah;

  • Usahakan selalu membawa botol minum dan alat makan sendiri, kalau bepergian
  • Bawa tas sebagai pengganti kantong plastik
  • Bawa saputangan dan lap untuk mengurangi pemakaian tisu
  • Hindari minuman/makanan sachet
  • Tidak membawa makanan dengan kemasan styrofoam
  • Meminimalkan penggunaan kantong plastik


                                                                                        (bersambung)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar